Kamis, 19 Mei 2011

Harapan

“Harapan” merupakan kata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam ilmu Psikologi sendiri, keberadaan harapan sebagai sebuah konstruk

dipelopori pada tahun 1969 oleh Ezra Stotland. Menurut Stotland (1969) harapan

adalah penantian akan pencapaian tujuan di masa depan yang dimediasi oleh

pentingnya tujuan tersebut bagi individu dan mendorong individu melakukan

sesuatu untuk mencapai tujuan. Menurut Snyder (1994), harapan adalah

keseluruhan daya kehendak (willpower/agency) dan strategi (waypower/pathway)

yang dimiliki individu untuk mencapai sasaran (goal). Bila seseorang tidak

memiliki ketiga komponen tersebut, hal itu tidak bisa disebut sebagai harapan.

Farran, Herth, dan Popovich (1995) menyimpulkan bahwa harapan terbentuk dari

pengalaman hidup yang menekan, bergantung pada spiritualitas, dan pada saat

yang bersamaan mempertahankan pemikiran rasional untuk menghadapi keadaan.

Dari berbagai pengertian tentang harapan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

harapan adalah keseluruhan daya kehendak dan strategi yang terbentuk dari

pengalaman, serta digunakan oleh individu untuk mencapai sasaran di masa

depan.

Terdapat berbagai pengertian tentang harapan, namun menurut Raleigh

(2000) terdapat kesamaan beberapa karakteristik esensial dari setiap pengertian

tersebut: harapan dikatakan sebagai sebuah faktor dalam coping, berorientasi

masa depan, dan bersifat multidimensional. Meskipun begitu tidak ada

kesepakatan di antara para ahli apakah harapan merupakan variabel dikotomi atau

kontinu dengan putus asa (hopeless) pada kutub yang berlawanan dengannya

(Raleigh, 2000). Sumber www.lontar.ui.ac.id

Setiap manusia pasti mempunyai harapan. Harapan itu seperti semacam cita-cita. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan itu seperti suatu tujuan. Harapan saya kedepan saya bisa membahagiakan orang tua saya, dan saya bisa membanggakan diri saya sendiri, saya ingin menunjukan kepada orang lain yang sudah menghina saya dan teman-teman saya, bahwa kita bisa lebih dari mereka yang menghina. Saya berharap saya bisa menjadi contoh ubtuk adik-adik saya, saya berharap saya bisa membiayai adik saya menggatikan orang tua saya bila bapa saya sudah tidak bekerja nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar