“Harapan” merupakan kata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam ilmu Psikologi sendiri, keberadaan harapan sebagai sebuah konstruk
dipelopori pada tahun 1969 oleh Ezra Stotland. Menurut Stotland (1969) harapan
adalah penantian akan pencapaian tujuan di masa depan yang dimediasi oleh
pentingnya tujuan tersebut bagi individu dan mendorong individu melakukan
sesuatu untuk mencapai tujuan. Menurut Snyder (1994), harapan adalah
keseluruhan daya kehendak (willpower/agency) dan strategi (waypower/pathway)
yang dimiliki individu untuk mencapai sasaran (goal). Bila seseorang tidak
memiliki ketiga komponen tersebut, hal itu tidak bisa disebut sebagai harapan.
Farran, Herth, dan Popovich (1995) menyimpulkan bahwa harapan terbentuk dari
pengalaman hidup yang menekan, bergantung pada spiritualitas, dan pada saat
yang bersamaan mempertahankan pemikiran rasional untuk menghadapi keadaan.
Dari berbagai pengertian tentang harapan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
harapan adalah keseluruhan daya kehendak dan strategi yang terbentuk dari
pengalaman, serta digunakan oleh individu untuk mencapai sasaran di masa
depan.
Terdapat berbagai pengertian tentang harapan, namun menurut Raleigh
(2000) terdapat kesamaan beberapa karakteristik esensial dari setiap pengertian
tersebut: harapan dikatakan sebagai sebuah faktor dalam coping, berorientasi
masa depan, dan bersifat multidimensional. Meskipun begitu tidak ada
kesepakatan di antara para ahli apakah harapan merupakan variabel dikotomi atau
kontinu dengan putus asa (hopeless) pada kutub yang berlawanan dengannya
(Raleigh, 2000). Sumber www.lontar.ui.ac.id
Setiap manusia pasti mempunyai harapan. Harapan itu seperti semacam cita-cita. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan itu seperti suatu tujuan. Harapan saya kedepan saya bisa membahagiakan orang tua saya, dan saya bisa membanggakan diri saya sendiri, saya ingin menunjukan kepada orang lain yang sudah menghina saya dan teman-teman saya, bahwa kita bisa lebih dari mereka yang menghina. Saya berharap saya bisa menjadi contoh ubtuk adik-adik saya, saya berharap saya bisa membiayai adik saya menggatikan orang tua saya bila bapa saya sudah tidak bekerja nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar